Subscribe:

Ads 468x60px

Labels

Featured Posts

Selasa, 03 Desember 2013

Menabung Saja Tidak Cukup Untuk Persiapan Uang Masuk Sekolah


Tak terasa kita sudah sampai di bulan Desember 2013, saat sekolah swasta nasional maupun internasional sedang mengadakan open house untuk tahun ajaran 2014-2015. Mungkin Anda termasuk salah satu orangtua yang turut menyambangi open house dari sekolah incaran untuk buah hati. Apakah uang masuk atau uang pangkal sekolah sudah dipersiapkan?

Kebanyakan orangtua terlalu sibuk mencari sekolah yang paling ideal untuk buah hati namun lupa mempersiapkan uang pangkal yang jumlahnya tidak sedikit. Bahkan untuk mengatasi besarnya uang pangkal masuk, beberapa sekolah menawarkan cicilan 0% dengan menggunakan fasilitas kartu kredit.

Bayangkan apabila Anda memiliki tiga orang anak dan menggunakan tawaran cicilan tersebut, jangan-jangan sampai anak lulus sekolah utang itu belum selesai dibayar. Maka untuk menghindari terlilit utang, mari persiapkan uang pangkal masuk sekolah sejak dini.

Idealnya uang pangkal masuk sekolah disiapkan sejak anak baru lahir, namun tidak ada kata terlambat untuk memulainya sekarang. Secara rata-rata, uang pangkal masuk sekolah di Indonesia mengalami inflasi sebesar 10-15% setiap tahunnya. Dengan besarnya angka uang masuk sekolah maka menabung saja tidak cukup sehingga Anda perlu berinvestasi.

Beberapa instrumen investasi yang dapat digunakan dalam mempersiapkan uang pangkal masuk sekolah berdasarkan jangka waktu dibutuhkannya adalah sebagai berikut:

- Tabungan/Deposito/Emas/Reksadana Pasar Uang (<5 tahun) dapat digunakan untuk mempersiapkan uang pangkal masuk TK dan SD.
- Reksadana Pendapatan Tetap (5-10 tahun) dapat digunakan untuk mempersiapkan uang pangkal masuk SMP.
- Reksadana Campuran (10 tahun) dapat digunakan untuk mempersiapkan uang pangkal masuk SMA.
- Reksadana Saham (>10 tahun) dapat digunakan untuk mempersiapkan uang pangkal masuk Universitas.

Selamat mempersiapkan uang pangkal masuk sekolah buah hati Anda!

Sabtu, 05 Oktober 2013

MENABUNG PANGKAL MISKIN



Saya tidak bermaksud untuk mengecilkan arti menabung karena saya percaya menabung itu adalah salah satu kebiasaan yang sangat luar biasa untuk menciptakan masa depan yang lebih bahagia secara finansial. Artikel ini sebenarnya ingin mengajak kita semua untuk lebih melek secara finansial atau lebih punya kecerdasan finansial yang jauh lebih baik sehingga pengetahuan kita tentang menabung menjadi jauh lebih benar dan mampu memberikan kekayaan kepada kita bukannya membuat kita menjadi semakin miskin.

Badu sangat menyayangi anaknya yang bernama Eva yang saat ini baru berusia 3 tahun. Sebagai orangtua Badu tentu menginginkan yang terbaik untuk Eva anaknya termasuk dalam hal pendidikan Eva nanti. Suatu hari Badu mendatangi universitas di jakarta yang menjadi almamaternya, dia berdiskusi dengan dosen-dosennya terdahulu dan dari percakapan itu Badu mendapatkan informasi bahwa saat ini untuk masuk Fakultas Ekonomi di almamaternya tersebut membutuhkan biaya uang pangkal sebesar 15 juta.

Dalam perjalanan pulang Badu berpikir tentang Eva dan berharap Eva dapat kuliah di almamaternya yang merupakan salah satu universitas unggulan di Jakarta. Dalam hati Badu berkata angka 15 juta bukanlah angka yang berat baginya karena saat ini saja dia mempunyai tabungan di Bank sebesar 15 juta yang didapatkan dari hasil menabung selama sekian tahun. Badu merasa aman karena dia berkata paling tidak untuk Eva kuliah nanti bisa mengambil dari tabungannya yang ada saat ini.

Sebenarnya Badu adalah orang yang sangat sayang kepada anaknya tetapi sebenarnya cara menabung yang dilakukan oleh Badu dapat membuat dia gagal untuk memasukkan anaknya ke perguruan tinggi. Mengapa ? Karena pertumbuhan uang Badu masih kalah cepat dibandingkan dengan kenaikan biaya sekolah di perguruan tinggi. Dalam kecerdasan finansial seseorang harus tahu berapa kenaikan biaya per tahun atau inflasi dan berapa pertumbuhan uang yang akan di dapatkan dari tabungannya.

Melihat sejarah Indonesia didapatkan besar inflasi sekitar 8,5% per tahun selama 10 tahun terakhir ini dan ternyata setelah didapatkan informasi lebih jauh kenaikan biaya pendidikan untuk Fakultas Ekonomi di almamater Badu mencapai 11% per tahun. Artinya jika dihitung biaya kuliah untuk Eva 15 tahun mendatang akan mencapai sekitar 71 juta rupiah. Lalu berapa uang yang didapatkan dari hasil tabungan Badu selama 15 tahun ? Kalau saja uang itu ditabung dalam tabungan konvensional dengan bunga sebesar 3% per tahun maka uang Badu akan menjadi 23 juta atau apabila didepositokan dengan bunga sekitar 5% per tahun akan berjumlah 31 juta.

Padahal untuk biaya kuliah yang diperlukan Eva untuk 15 tahun mendatang adalah 71 juta. Lalu apa yang akan terjadi ? Ya uangnya tidak mencukupi untuk biaya uang pangkal kuliah Eva. Menabung itu sangat bagus tetapi jika anda salah menempatkan tabungan anda maka akan menjadi miskin seperti halnya Badu.

Andai saja Badu memiliki kecerdasan finansial maka Badu pasti akan berpikir untuk tidak hanya menabung seperti biasa tetapi harus melakukan yang namanya investasi. Konsep dasar dari investasi adalah membuat pertumbuhan uang menjadi lebih cepat dan melampaui besaran inflasi sehinga seseorang mampu mencapai tujuan finansialnya dengan lebih efektif.

Belum lagi jika selama menabung Badu tidak terproteksi oleh asuransi, bagaimana jika salah satu anggota keluarga Badu sakit atau mengalami kecelakaan ? Tentunya tabungannya akan berkurang untuk biaya yang timbul akibat sakit atau kecelakaan. 

Jika Anda berminat untuk memiliki tabungan, sekaligus memiliki investasi dan terproteksi kesehatan anda, Anda bisa menghubungi saya di 0857-7909-1955.  

sumber : http://andreashartono.com/menabung-pangkal-miskin/

Kamis, 26 September 2013

Tips Memilih Asuransi yang Baik dan Aman


Masyarakat kini mulai berhati-hati dalam menentukan jenis investasi tak terkecuali asuransi. Hal itu sebagai respon atas maraknya investasi bodong.

Malah belakangan terakhir produk asuransi juga dinilai penuh risiko karena ada kemungkinan klaim tidak bisa dicairkan. Kasus ini menimpa salah satu anak musisi terkenal Ahmad Dhani yang bernama Abdul Qodir Jaelani (AQJ) alias Dul.

Lalu, apa saja hal perlu dilakukan si investor atau pembeli asuransi sebelum memilih produk asuransi yang baik dan aman?

Ketua Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Hendrisman Rahim mencoba memberi pandangan.

"Pada dasarnya sebenarnya semuanya perusahaan asuransi baik, namun memang harus teliti sebelum membeli," kata Hendrisman saat ditemui di kantornya The Plaza Office Tower, Jakarta, Jumat (27/9/2013).

Dia menjelaskan, hal pertama yang harus dilakukan si pembeli polis adalah tanyakan secara detil ke agen penjual apa hak dan kewajiban antara penjual dan pembeli.

"Yang jadi masalah ini pada waktu beli polis harus tanya ke agen dulu pertama, apa hak kita sebagai pembeli dan kewajiban penjual," ujarnya.

Setelah itu, tanyakan lagi hal-hal apa saja yang bisa dicover atas asuransi tersebut.

"Tanyakan akan dapat cover apa saja? Apa kewajiban kami, kewajiban perusahaan asuransi, klaim nggak dibayar kalau apa sehingga clear sehingga pada waktu terjadi klaim nggak bingung," kata dia.

Selain itu, pilih produk atau perusahaan asuransi yang sudah terjamin keamanannya dan dipercaya.

"Setiap tahun itu ada perusahaan asuransi ikut ada award-award itu yang punya awar-award itu ya relatif baik walaupun award itu tidak menjamin sepenuhnya," katanya.

Namun, menurut dia, jika sebuah perusahaan asuransi sudah berani menjual produk-produknya, itu artinya perusahaan tersebut sudah siap membayar klaim asuransi.

"Kalau saya pribadi bahwa semua perusahaan asuransi kalau berani menjual berarti sudah komit. Si pembeli harus tahu, dia harus tanya sampai tuntas ke agennya, itu pun tidak otomatis menghilangkan dispute," terangnya.

Dia menambahkan, adanya kasus klaim tidak dibayar kemungkinan salah satinya adalah karena persyaratan antara si pembeli dan penjual asuransi tidak terpenuhi. Misalnya, adanya faktor kesengajaan sebuah kecelakaan dan sejenisnya.

"Kita lihat ke polis. Itu bisa jadi faktor kesengajaan kecelakaan. Tapi mungkin saja itu masih proses lebih dalam belum tentu menolak klaim," tandasnya.

Kinerja Asuransi Jiwa

Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat total pendapatan industri yang terdiri dari 45 perusahaan asuransi jiwa sebesar Rp 71,83 triliun di kuartal II-2013. Angka ini naik 22,85% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 58,46 triliun.

Dari total pendapatan tersebut, pendapatan premi masih menjadi pendorong utama pertumbuhan dengan kontribusi sebesar Rp 57,59 triliun atau 80,17% dari total pendapatan. Total pendapata premi ini naik 14,48% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

"Yang menarik dari kinerja kuartal kedua 2013 ini adalah peningkatan signifikan investasi industri asuransi jiwa nasional yang mencapai Rp 245,17 triliun yang tumbuh 17,74% dari periode yang sama tahun sebelumnya," kata Hendrisman.

Dia juga menyebutkann imbal hasil investasi (yield) perusahaan asuransi jiwa juga tumbuh secara signifikan mencapai Rp 12,23 triliun atau naik 78,37% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 6,85 triliun.

Alhasil, pertumbuhan ini mendorong peningkatan signifikan atas jumlah aset industri menjadi Rp 281,2 triliun atau naik 37,65% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencatat aset sebesar Rp 204,28 triliun.

"Total aset yang tumbuh 37,65% menunjukkan kekuatan asuransi jiwa dalam membayarkan kewajiban kepada nasabahnya," kata dia.


Dia juga menyebutkan, jumlah premi produksi baru di kuartal II-2013 tumbuh 7,10% menjadi Rp 37,4 triliun. Dari pertumbuhan ini, premi unit link kembali mengambil porsi yang lebih besar dibandingkan premi tradisional yaitu masing-masing Rp 19,28 triliun (51,55%) dan Rp 18,12 triliun (48,45%). Demikian juga premi lanjutan yang tumbuh 31,25% menjadi Rp 20,18 triliun pada kuartal kedua 2013, premi unit link ini kembali mendominasi dengan porsi Rp 13,17 triliun (65,25%), sedangkan premi tradisional Rp 7,01 triliun (34,75%).



Berminat menjadi nasabah asuransi atau ingin tahu tentang asuransi ? Anda bisa hubungi saya di 0857-7909-1955