1. Merasa Belum Urgent Toh Masih Lama.
Banyak orang yang tidak mau
mempersiapkan dana yang akan dipergunakan di masa mendatang, toh masa
itu masih lama, Jadi belum urgent untuk dipersiapkan sekarang. Sebagai
contoh, anak Pak Agus yang umurnya masih 5 tahun...Mungkin Pak Agus
belum merasa perlu untuk menyiapkan dana kuliahnya pada saat usianya 17
tahun nanti, toh masih ada waktu 12 tahun lagi. Justru karena kita masih
punya waktu 12 tahun lagi, kita bisa menyisihkan uangnya
sedikit-sedikit saja dari sekarang. Sebagai informasi, kalau kita
terlambat mempersiapkan dana tersebut dan baru mempersiapkannya ketika
umur anak kita sudah 14 tahun, maka kita hanya punya waktu 3 tahun untuk
mempersiapkannya...Kebayang kan betapa berat beban kita nanti untuk
menyiapkan dana tersebut hanya dalam waktu 3 tahun...
2. Merasa
Tidak Perlu Lagi, toh Sekarang Sudah Punya Cukup Dana.
Ada sebuah cerita
nyata dari sebuah seminar keuangan yang dipandu Safir Senduk di
Bandung. Seorang wanita tiba-tiba maju untuk sharing... "Pak Safir, saya
pengusaha dengan dua orang anak, beberapa tahun lalu saya baru
memasukkan anak pertama saya ke SD dengan biaya sendiri, dan pada saat
itu saya masih meremehkan arti sebuah persiapan, maklumlah bisnis saya
sedang bagus-bagusnya saat itu..."; "Lantas ada teman yang menawari saya
produk asuransi pendidikan, saya pikir waktu itu buat apa saya ambil
produk semacam itu, toh dana saya masih cukup untuk membiayai sekolah
anak saya yang kedua nanti. Namun karena kasihan pada teman saya itu
yang terus mondar mandir menawari saya, akhirnya saya ambil juga produk
yang dia tawarkan...:) ". Para peserta seminar mulai terdiam menunggu
klimaks dari cerita ini... "Tahu nggak? Ketika anak kedua saya mau masuk
SD, bisnis saya agak terguncang...Toko yang selama ini laris terpaksa
harus ditutup karena kami digusur oleh pemilik gedung. Akhirnya, justru
asuransi pendidikan itulah yang menyelamatkan sekolah anak saya. Wah
saya pikir waktu itu saya ambil karena kasihan, eh sekarang saya yang
harus dikasihani karena toko saya ditutup. Intinya adalah jangan terlena
dengan kekayaan atau dana yang telah kita miliki sekarang. Bagaimanapun
itu bukanlah jaminan kita bisa membayar pengeluaran di masa mendatang.
Jaminan kita adalah berapa besar jumlah yang kita sisihkan hari ini
untuk pengeluaran masa mendatang...
3. Merasa Sudah Tidak Perlu
Lagi, toh Penghasilan Sekarang Sudah Besar.
Karier tinggi dengan gaji
besar membuat orang merasa nyaman. Belum tentu ! Penghasilan besar yang
kita miliki sekarang bukan jaminan bahwa di masa mendatang penghasilan
kita akan lebih besar lagi...PHK, resesi ekonomi, perampingan perusahaan
besar-besaran, pengambilalihan perusahaan oleh pihak lain bisa membuat
penghasilan kita tidak bertambah atau bahkan berkurang dari penghasilan
yang sekarang. Jadi jangan andalkan penghasilan kita yang sudah cukup
besar sekarang, lebih baik kita sisihkan sebagian untuk pengeluaran masa
mendatang.
4. Pasrah, Biarkan Saja Hidup ini Mengalir Seperti
Air, Nanti Pasti Akan Ada Jalannya.
Ini alasan paling antik yang sering
terdengar dari ratusan orang. Persiapan? Aaah, gak usahlah. Biarkan saja
hidup mengalir seperti air, nanti juga ada uangnya. Air memang
mengalir, tapi kita kan bukan air. Kita manusia yang mempunyai hak untuk
menentukan kemana kita kita dan keluarga kita akan kita bawa mengalir.
Banyak sekali kita lihat "orang-orang air" ini menyesal ketika waktunya
tiada, ketika usianya 40 - 50 tahun dan mereka tidak bisa menunaikan
ibadah haji seperti yang mereka harapkan, pensiun layak seperti yang
mereka inginkan, dan ironisnya mereka sadar bahwa umur mereka tidak bisa
diulang untuk mendapatkan kesempatan memperbaiki semuanya.
Kesimpulannya air memang mengalir, namun kita yang tentukan arah aliran
kita sendiri. Masa iya kalo airnya ke got kita mau ngikut, sebisa
mungkin kita hindari kan? Namun setelah berusaha ternyata masuk ke got
juga, barulah kita boleh pasrah karena itu sudah kehendak Yang Maha
Berkehendak...
Dikutip dari buku karangan Safir Senduk 'Siapa Bilang jadi Karyawan Nggak Bisa Kaya' ; Penerbit Elex Media Komputindo
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar